Mensyukuri Kemerdekaan, Merawat Persaudaraan: Pesan Hangat Kepala Kemenag Bojonegoro di Masjid An-Nahdla



 Margomulyo— Suasana khidmat menyelimuti Masjid An-Nahdla pada Jumat, 22 Agustus 2025. Jamaah yang memadati masjid mengikuti khutbah Jumat yang disampaikan langsung oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bojonegoro, Dr. H. Amanullah, S.Ag., M.H.I.


Dalam khutbahnya, beliau mengajak seluruh jamaah untuk senantiasa mensyukuri nikmat kemerdekaan Republik Indonesia. Menurutnya, kemerdekaan yang saat ini dinikmati bukanlah sesuatu yang datang begitu saja, melainkan buah dari perjuangan panjang para pahlawan bangsa.

"Para pejuang terdahulu telah mengorbankan jiwa, raga, bahkan nyawa demi terwujudnya kemerdekaan. Tugas kita hari ini adalah melanjutkan perjuangan itu dengan mengisi kemerdekaan melalui amal terbaik, persatuan, serta pengabdian kepada bangsa dan negara," tegas Dr. Amanullah dalam khutbahnya.

Beliau juga menekankan bahwa rasa syukur terhadap kemerdekaan harus diwujudkan tidak hanya dengan ucapan, tetapi juga dengan tindakan nyata. Umat Islam diajak untuk berkontribusi dalam menjaga persaudaraan, meningkatkan ketakwaan, serta membangun kehidupan berbangsa yang harmonis dan penuh semangat kebersamaan.

Usai menyampaikan khutbah, Dr. Amanullah menyempatkan diri untuk ramah tamah dengan pengurus takmir Masjid An-Nahdla. Suasana begitu hangat dan akrab tanpa sekat, roman penuh persaudaraan tampak menyelimuti pertemuan tersebut.

Dalam kesempatan itu, Kepala Kemenag Bojonegoro memberikan pesan khusus kepada para takmir masjid agar senantiasa bersabar dan tetap istiqomah dalam berkhidmah. “Mengurus masjid adalah amanah mulia. Dibutuhkan kesabaran, ketulusan, dan keikhlasan. InsyaAllah, setiap langkah pengabdian akan dicatat sebagai amal jariyah,” tuturnya penuh nasihat.

Momen sederhana namun penuh makna itu menjadi penutup indah dalam rangkaian kegiatan Jumat di Masjid An-Nahdla, sekaligus menguatkan semangat kebersamaan antara ulama, umara, dan jamaah dalam merawat ukhuwah Islamiyah.

(Red/Drun)

Jumat Berkah di Masjid An-Nahdla: Menghayati Muharram dalam Semangat Hijrah


Sumberjo, 11 Juli 2025 — Masjid An-Nahdla kembali menjadi pusat spiritual masyarakat Margomulyo dalam pelaksanaan Khutbah Jumat yang khidmat dan sarat makna. Kali ini, bertindak sebagai Khatib, KH. Ridwan Hambali, Lc., M.ADirektur Pascasarjana UNUGIRI Bojonegoro.

Dalam khutbahnya yang mengangkat tema “Menghidupkan Nilai Hijrah dan Keutamaan Muharram”, KH. Ridwan menekankan pentingnya memaknai tahun baru Hijriah, khususnya bulan Muharram, sebagai momentum untuk melakukan hijrah moral dan spiritual. Umat diajak untuk meneladani keteladanan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, yang dengan hijrah mereka lahirlah peradaban Islam yang agung dan penuh kasih sayang.

Usai pelaksanaan shalat Jumat, suasana kekeluargaan pun terasa hangat dalam ramah tamah bersama pengurus takmir Masjid An-Nahdla. Dalam pertemuan tersebut, KH. Ridwan memberikan motivasi dan dukungan moral agar masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat dakwah, pendidikan, dan pemberdayaan umat di wilayah Margomulyo.

Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk meneguhkan kembali komitmen keislaman dan kebangsaan masyarakat, dengan spirit hijrah menuju pribadi dan bangsa yang lebih baik.


📜 Materi Khutbah Jumat

Tema: Hijrah Menuju Kepribadian yang Mulia dalam Semangat Muharram
Tempat: Masjid An-Nahdla, Sumberjo, Margomulyo
Tanggal: Jumat, 11 Juli 2025 / Pertengahan Muharram 1447 H
Khatib: KH. Ridwan Hambali, Lc., M.A

Isi Pokok Khutbah:

  1. Seruan Takwa:

    • Mengajak seluruh jamaah untuk bertakwa kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya secara maksimal.

  2. Keutamaan Muharram:

    • Muharram adalah bulan mulia, salah satu dari empat bulan haram.

    • Dosa diperberat, dan pahala dilipatgandakan di bulan ini (QS. At-Taubah: 36).

  3. Spirit Hijrah:

    • Muharram bukan hanya penanggalan baru, tetapi momentum hijrah menuju pribadi yang lebih baik.

    • Teladani semangat kaum Muhajirin dan Anshar yang penuh ukhuwah dan pengorbanan.

  4. Amalan Spesial di Bulan Muharram (khususnya Asyura):

    • Mandi Asyura

    • Bersedekah, menyantuni anak yatim

    • Memberi makan dan minum

    • Memperbanyak ibadah, istighfar, dan membaca Al-Ikhlas

    • Berbuat baik kepada sesama, menjenguk orang sakit, dan memaafkan kesalahan

  5. Relevansi Sosial dan Kebangsaan:

    • Spirit Muharram bisa digunakan sebagai alat untuk membangun moral bangsa.

    • Mendorong umat agar berpartisipasi aktif dalam membangun masyarakat yang berakhlak dan beradab.

  6. Penutup:

    • Doa dan harapan agar umat Islam terus memperbaiki diri, mempererat persatuan, dan menjadi agen perdamaian serta kemajuan umat dan bangsa.

🕌 KHUTBAH JUM’AT BERSAMA GUS LUTFI ZAMRONI, MPd. DI MASJID AN-NAHDLA SUMBERJO MARGOMULYO


Margomulyo, Jum’at 4 Juli 2025 — Suasana Masjid An-Nahdla Sumberjo Kecamatan Margomulyo dipenuhi keteduhan spiritual pada hari Jum’at, 8 Muharram 1447 H. Dalam pelaksanaan ibadah Jum’at kali ini, jajaran takmir masjid menghadirkan sosok khatib yang inspiratif, Gus Lutfi Zamroni, MPd, pengasuh Pondok Pesantren Abu Dzarrin Dander Bojonegoro.

Dalam khutbah yang mengangkat tema "Meraih Keutamaan Bulan Muharram", Gus Lutfi mengajak jamaah untuk menyadari betapa bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram (bulan suci) dalam Islam. Momentum ini, kata beliau, adalah kesempatan emas untuk meningkatkan ketakwaan, memperbanyak amal saleh, serta memperbaiki hubungan kita dengan Allah dan sesama.

🌙 Refleksi Spiritual di Bulan Muharram

Kehadiran Gus Lutfi Zamroni, MPd. membawa nuansa keilmuan dan spiritual yang mendalam. Beliau tidak hanya menyampaikan khutbah dengan fasih dan penuh hikmah, tetapi juga mampu menggugah kesadaran jamaah tentang urgensi memanfaatkan bulan Muharram sebagai titik balik perubahan diri. Dalam khutbahnya, beliau mengutip penjelasan Imam Al-Qusyairi dalam Lathaiful Isyarat, bahwa bulan-bulan tertentu diberi keutamaan agar manusia memperbanyak ketaatan karena Allah tahu hambanya tidak mampu konsisten sepanjang waktu.

Gus Lutfi juga menekankan bahwa amal kebaikan yang dilakukan di bulan Muharram bernilai berlipat ganda, baik berupa ibadah individual seperti puasa, maupun ibadah sosial seperti menyantuni anak yatim. “Kelembutan hati dimulai dari menyentuh kehidupan orang lain dengan kasih sayang,” tutur beliau, seraya menyampaikan hadits Nabi tentang orang yang mengusap kepala anak yatim akan mendapatkan kelembutan hati.

Pokok-Pokok Isi Khutbah:

  1. Keutamaan Muharram sebagai bulan yang dimuliakan Allah, tempat terbuka lebar pintu taubat dan amal kebajikan.

  2. Pentingnya takwa, sebagai bekal terbaik dunia-akhirat, sebagaimana dikutip dari Syekh Abi Bakr Syatta dalam Kifayatul Atqiya.

  3. Anjuran memperbanyak ibadah, terutama puasa Asyura yang sangat dianjurkan berdasarkan hadits sahih dari Imam Muslim.

  4. Menyantuni anak yatim, sebagai wujud kasih sayang dan bentuk ibadah sosial yang sangat mulia, dengan janji kebersamaan di surga bersama Rasulullah SAW.

🤝 Ramah Tamah dan Foto Bersama

Selepas khutbah, Gus Lutfi Zamroni yang mengenakan jas cokelat muda dan sarung bercorak tenun, menyempatkan waktu untuk berbincang hangat bersama para pengurus Takmir Masjid An-Nahdla. Momen kebersamaan itu diabadikan dalam sebuah foto penuh keakraban dan semangat ukhuwah Islamiyah.

Dalam potret tersebut, Gus Lutfi berdiri di antara jajaran pengurus takmir yang turut mengenakan busana muslim tradisional lengkap dengan kopiah dan sarung, mencerminkan kearifan lokal dan kekhidmatan suasana masjid. Semangat dakwah dan kebersamaan terpancar dari senyum dan salam komando yang mereka tampilkan. 

🕊️ Penutup dan Harapan

Kegiatan Jum’at kali ini di Masjid An-Nahdla tidak hanya menjadi rutinitas ibadah, melainkan sebuah majelis ilmu yang menumbuhkan semangat pembaruan diri. Harapan besar terucap dari para jamaah agar khutbah semacam ini terus hadir, memperkaya pemahaman dan menyuburkan iman di tengah dinamika zaman.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keberkahan atas ilmu yang disampaikan, melipatgandakan pahala para penyantun yatim, dan mengangkat derajat umat Islam yang istiqamah dalam taqwa, khususnya di bulan Muharram yang penuh kemuliaan ini. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Khidmat dan Penuh Makna: Khutbah Jum’at Bersama Ustadz Agus Sholahudin Shidiq, M.H.I. di Masjid An-Nahdla Margomulyo

Margomulyo – Jum’at, 20 Juni 2025, Masjid Wisata Religi An-Nahdla Margomulyo kembali menjadi pusat perhatian masyarakat muslim di wilayah Bojonegoro bagian selatan. Dalam suasana yang penuh khidmat, Ustadz Agus Sholahudin Shidiq, M.H.I., Dekan Fakultas Syariah dan Adab Universitas Nahdlatul Ulama (UNUGIRI) Bojonegoro sekaligus Direktur Masjid Al-Birru Bojonegoro, didaulat sebagai khatib Jum’at.

Khutbah beliau pada kesempatan tersebut mengangkat tema yang sangat menyentuh dan relevan bagi kehidupan spiritual umat Islam, yaitu tentang “Enam Rasa Takut yang Sepatutnya Dimiliki oleh Seorang Mukmin”, mengutip hikmah dari Sayyidina Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu yang tertuang didalam kitan An-nashoihl Ibad. Dengan gaya penyampaian yang santun, mendalam, dan sarat makna, beliau menjelaskan bahwa seorang mukmin harus senantiasa merasa takut dalam enam perkara penting:

  1. Takut kepada Allah SWT bila mencabut iman dari dirinya di saat-saat terakhir kehidupan. Kematian dalam keadaan husnul khatimah menjadi harapan, dan rasa takut akan kehilangan iman menjadi pengingat untuk terus menjaga amal.

  2. Takut kepada para malaikat pencatat amal (Kiraman Katibin) yang bisa saja mencatat aib yang akan membuka tabir aib kita di hari kiamat. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ bahwa "aib di dunia lebih ringan daripada aib di akhirat."

  3. Takut kepada setan yang senantiasa mengintai celah untuk membatalkan amal saleh seseorang melalui riya', ujub, atau perbuatan maksiat lainnya.

  4. Takut kepada malaikat maut yang bisa saja datang tiba-tiba saat seseorang sedang dalam keadaan lalai, tanpa persiapan untuk bertemu Rabb-nya.

  5. Takut terhadap dunia yang penuh tipu daya dan keindahan yang menyesatkan, sehingga membuat hati tenang dengannya dan melupakan kehidupan akhirat yang kekal.

  6. Takut kepada keluarga dan anak-anak, apabila perhatian yang berlebihan terhadap mereka justru menjauhkan seseorang dari dzikir dan ibadah kepada Allah.

Dalam penutupan khutbahnya, Gus Sholah, demikian beliau akrab disapa, menekankan pentingnya muroqobah (merasa diawasi Allah) dalam setiap langkah kehidupan, serta mengajak jamaah untuk memperkuat iman dan amal saleh di tengah godaan dunia yang semakin kompleks.

Setelah shalat Jum’at, Ustadz Agus Sholahudin Shidiq meluangkan waktu untuk beramah tamah bersama jajaran Takmir Masjid An-Nahdla. Suasana akrab dan penuh kehangatan tampak dalam momen tersebut. Beberapa jamaah memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdiskusi ringan, meminta doa, dan menyampaikan aspirasi seputar kegiatan dakwah dan keagamaan.

Kegiatan diakhiri dengan foto bersama di pelataran masjid yang megah dan artistik. Dalam foto yang diabadikan, Gus Sholah terlihat berdiri di tengah, diapit oleh dua pengurus Takmir Masjid An-Nahdla. Potret ini bukan hanya menjadi dokumentasi, tetapi juga simbol sinergi antara ulama, akademisi, dan penggerak masjid dalam membangun kehidupan spiritual masyarakat yang lebih kuat dan bermartabat.

Khutbah ini diharapkan menjadi pelecut semangat umat untuk semakin dekat dengan Allah, menata kehidupan yang penuh kesadaran akan akhirat, serta menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan iman dan amal.

==========================

Materi Khutbah (Kutipan Kitab An-nashoihul Ibad)


(و) المقالة الخامسة: (قال عثمان رضي الله عنه: إِنَّ الْمُؤْمِنَ) يبغي أن يكون ماشيًا (فِي سِتَّةِ أَنْوَاعِ مِنَ الْخَوْفِ أَحَدُهَا :) أن يخاف (مِنْ قِبَلِ اللهِ أَنْ يَأْخُذَ مِنْهُ الإِيمَانَ) وقت النزع، روي أن ابن مسعود دعا بهذا الدعاء: اللهم إني أسألك إيماناً لا يرتد، ونعيماً لا ينفد، وقرة عين لا تنقطع، ومرافقة نبيك محمد ﷺ في أعلى جنان الخلد ( وَالثَّانِي :) أن يخاف (مِنْ قَبْلِ الْحَفَظَة) أي الكاتبين الأعمال العباد (أن يَكْتُبُوا عَلَيْهِ مَا يَفْتَضِحُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ) عن النبي ﷺ قال: «فُضُوحُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ مِنْ فُضُوحِ الْآخِرَةِ» رواه الطبراني عن الفضل. قال المناوي : أي العار الحاصل للنفس من كشف العيب في الدنيا بقصد التنصل منه أهون من كتمانه إلى يوم القيامة حتى ينشر ويشتهر في الموقف. اهـ. ولذا لما وقع بعض الصحابة في الزنا وعرف هذا الحديث أقر بذلك له ليحده، ولم يرجع عن الإقرار مع تعريضه له بالرجوع، لعلمه بأن فضيحته في الدنيا بإقامة الحد أهون من فضيحة الآخرة (وَالثَّالِث:) أن يخاف (مِنْ قَبْلِ الشَّيْطَانِ أَنْ يُبْطِلَ عَمَلَهُ الصالح. (وَالرَّابِعُ :) أن يخاف ( مِنْ قِبَلِ مَلَكِ الْمَوْتِ أَنْ يَأْخُذَهُ) أي يقبض روحه حال كونه (في غَفْلَةٍ) عن الله تعالى (بغتة) أي فجأة من غير تقدم سبب الموت. (وَالْخَامِس:) أن يخاف (من قبل الدُّنيا) أي متاعها وزينتها أن يغتر) أي يطمئن (بهَا وَتُشْغَلُهُ عَنِ الآخِرَةِ) وينسى أهوالها. (وَالسَّادس :) أن يخاف (مِنْ قِبَلِ الأَهْلِ وَالْعِيَالِ) وهم من يمونهم أَنْ يَشْتَغِلَ بِهِمْ فَيُشْغِلُونَهُ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ تعالى) وعن طاعته.

==============

 

TERJEMAH

(Pasal Kelima): Utsman radhiyallahu ‘anhu berkata: "Sesungguhnya seorang mukmin sepatutnya berjalan dalam enam macam rasa takut."

Pertama: Ia takut kepada Allah, yakni takut jika Allah mencabut iman darinya saat menjelang ajal. Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud berdoa dengan doa ini:

"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu iman yang tidak kembali (murtad), kenikmatan yang tidak akan lenyap, penyejuk mata yang tidak pernah terputus, dan menyertai Nabi-Mu Muhammad di surga Firdaus yang paling tinggi."

Kedua: Ia takut kepada para malaikat pencatat amal, yaitu para malaikat yang mencatat amal perbuatan hamba, bahwa mereka akan menuliskan sesuatu atasnya yang akan menjadi bahan aib pada hari kiamat. Dari Nabi bersabda: "Aib di dunia lebih ringan dibandingkan aib di akhirat." (HR. ath-Thabrani dari al-Fadhl).

Imam al-Manawi menjelaskan: Maksudnya, aib yang dialami di dunia akibat terbongkarnya suatu aib dengan tujuan agar bertaubat adalah lebih ringan dibandingkan menyembunyikannya hingga hari kiamat, lalu disebarkan dan menjadi perbincangan di hadapan khalayak. Oleh karena itu, ketika sebagian sahabat terjatuh dalam perzinaan dan mengetahui hadis ini, mereka mengakui perbuatannya agar ditegakkan had atasnya. Mereka tidak menarik kembali pengakuan tersebut, meski diberi kesempatan, karena mereka tahu bahwa aib di dunia melalui hukuman had lebih ringan dibandingkan aib di akhirat.

Ketiga: Ia takut kepada setan, bahwa setan akan membatalkan amal salehnya.

Keempat: Ia takut kepada malaikat maut, bahwa ia akan mencabut nyawanya dalam keadaan lalai dari Allah Ta’ala dan secara tiba-tiba, tanpa adanya tanda-tanda kematian sebelumnya.

Kelima: Ia takut kepada dunia, yakni kesenangan dan perhiasannya, bahwa ia akan terpedaya olehnya, menjadi tenang dengan dunia, lalu dunia melalaikannya dari akhirat dan membuatnya lupa akan dahsyatnya akhirat.

Keenam: Ia takut kepada keluarga dan anak-anak yang dinafkahinya, bahwa ia akan terlalu sibuk mengurus mereka sehingga mereka justru melalaikannya dari mengingat Allah Ta’ala dan dari ketaatan kepada-Nya.

 

 

 

SPIRIT KURBAN DAN HAJI TERUS DIHIDUPKAN, KIYAI M. TAUFIQ ASYHURI SAMPAIKAN KHUTBAH JUM’AT DI MASJID WISATA RELIGI MARGOMULYO


Margomulyo, Bojonegoro – Jum'at, 13 Juni 2024

Masjid Wisata Religi An-Nahdla Margomulyo kembali menghadirkan suasana religius yang mendalam dalam pelaksanaan ibadah shalat Jum’at. Pada kesempatan ini, Kiai M. Taufiq Asyhuri, M.Pd., selaku Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bojonegoro, bertindak sebagai khatib dengan menyampaikan khutbah bertema “Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha.”


Dalam khutbahnya, Kiai Taufiq menyampaikan pesan penting tentang perlunya mempertahankan ketakwaan dan semangat ibadah yang telah dilaksanakan pada bulan Dzulhijjah, khususnya ibadah kurban dan haji. Beliau mengajak seluruh jamaah agar menjadikan kisah keikhlasan Nabi Ibrahim AS dan ketaatan Nabi Ismail AS sebagai inspirasi untuk terus meningkatkan kualitas ibadah dan kepedulian sosial.


“Ibadah kurban bukan sekadar penyembelihan hewan, tetapi juga refleksi dari pengorbanan dan kepedulian kita terhadap sesama, terutama kaum dhuafa,” ujar beliau dalam khutbahnya.


Tak hanya itu, Kiai Taufiq juga menyoroti nilai-nilai transformasi spiritual dalam ibadah haji. Menurut beliau, setiap ritual haji mengajarkan kesabaran, keikhlasan, dan komitmen memperbaiki diri. “Spirit haji harus terus hidup, dengan menjaga kemurnian hati dan menjadi pribadi yang istiqamah dalam ibadah dan amal sosial,” tambahnya.


Di akhir khutbah, beliau menegaskan bahwa semangat Idul Adha tidak boleh berhenti pada hari-hari Tasyrik saja, tetapi harus menjadi karakter yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Dengan mengutip QS. Fussilat ayat 30, beliau mengajak jamaah untuk terus berada dalam jalur istiqamah demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.


Khutbah ini mendapat apresiasi luas dari jamaah dan menjadi bagian dari komitmen Masjid Wisata Religi An-Nahdla Margomulyo dalam membangun kesadaran spiritual dan sosial masyarakat melalui dakwah yang menyejukkan.

Usai khutbah, Kiai M. Taufiq Asyhuri menyempatkan diri beramah tamah dan berfoto bersama dengan para pengurus takmir Masjid Wisata Religi An-Nahdla di pelataran masjid. Momen kebersamaan ini menjadi simbol sinergi antara ulama dan pengelola masjid dalam menghidupkan dakwah dan pembinaan umat secara berkelanjutan.


Kegiatan ini semakin mempertegas peran Masjid An-Nahdla sebagai pusat spiritualitas dan pembinaan masyarakat Islam di Kecamatan Margomulyo. Para jamaah menyambut hangat kehadiran Kiai Taufiq dan berharap beliau bisa kembali hadir dalam kesempatan berikutnya.

Jamaah Asmaul Husna Masjid Al-Ilham Yogyakarta Studi Banding ke Masjid Wisata Religi An-Nahdlo


Margomulyo, Bojonegoro - Jamaah Asmaul Husna Masjid Al-Ilham Kronggahan Trihanggo Gamping Sleman Yogyakarta melakukan studi banding ke Masjid Wisata Religi An-Nahdlo Margomulyo Bojonegoro pada hari Ahad, 18 Mei 2025. Rombongan yang dipimpin oleh Ustadz Harman Abdullah ini tiba di masjid sekitar pukul 10 pagi.

Rombongan disambut hangat oleh Pengurus Takmir Masjid An-Nahdlo yang dipimpin oleh Ketua Takmir, Bapak Suroto. Jamaah kemudian diterima di ruang dalam masjid untuk melakukan acara ceremonial yang dibuka oleh Kiyai Sareh.


Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua Takmir, Bapak H. Suroto, yang mengucapkan selamat datang dan terima kasih atas kedatangan rombongan. Beliau juga memohon maaf atas segala kekurangan yang mungkin ada selama kunjungan. "Kami berharap kunjungan ini dapat memberikan manfaat dan pengalaman yang berharga bagi jamaah," ujar beliau.


Selanjutnya, Ketua Rombongan Ustadz Harman Abdullah menyampaikan sambutan dan mengucapkan terima kasih atas sambutan hangat dari para Takmir. Beliau berharap kunjungan ini dapat menjadi ajang silaturahmi dan berbagi pengalaman dalam mengelola kegiatan keagamaan.


Sesi akhir acara diisi dengan Mauidzoh Hasanah yang disampaikan oleh Kiyai Badrun Sulaiman, Ketua MUI Margomulyo. Beliau berpesan kepada para jamaah untuk kembali menata niat dalam berkunjung ke masjid dan menjaga etika di dalam masjid. "Jangan lupa untuk selalu berdoa dan memohon ampunan kepada Allah SWT," pesan beliau.


Kiyai Badrun juga berpesan agar para jamaah menata niat untuk mencari ilmu dan memperluas pengetahuan agama. "Niatkanlah kunjungan ini sebagai upaya untuk mencari ilmu dan meningkatkan keimanan, sehingga kita dapat menjadi lebih baik dan lebih taat dalam menjalankan ibadah dan kegiatan keagamaan," tambah beliau.


Acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Kiyai Rosyidi. Dengan kunjungan ini, diharapkan jamaah dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang bermanfaat tentang pengelolaan masjid dan kegiatan keagamaan.


Studi banding ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman jamaah dalam mengelola kegiatan keagamaan dan memakmurkan masjid. Dengan demikian, diharapkan jamaah dapat menjadi lebih baik dan lebih taat dalam menjalankan ibadah dan kegiatan keagamaan.


Kunjungan ini juga menjadi kesempatan bagi Jamaah Asmaul Husna Masjid Al-Ilham untuk belajar dari pengalaman dan keberhasilan Masjid Wisata Religi An-Nahdlo dalam mengelola kegiatan keagamaan dan memakmurkan masjid. Dengan demikian, diharapkan Jamaah Asmaul Husna dapat menjadi lebih maju dan lebih baik dalam menjalankan kegiatan keagamaan.

Kunjungan Takmir Masjid Agung Sidoarjo ke Takmir Masjid An-Nahdla Bojonegoro

 
Silaturrahmi Takmir Masjid Agung Sidoarjo

Bojonegoro, 17 April 2025 – Pada hari Kamis, 17 April 2025, rombongan Takmir Masjid Agung Sidoarjo melakukan kunjungan silaturahmi ke Takmir Masjid An-Nahdla yang terletak di Margomulyo, Bojonegoro. Kegiatan yang berlangsung dari pukul 18.15 hingga 19.00 ini disambut hangat oleh Ketua Takmir, Bapak H. Drs. Suroto, serta Sekretaris Umum Kiyai Badrun Sulaiman di ruang takmir masjid.


Rombongan yang dipimpin oleh Drs.H.Tamat, MM Sekretaris Masjid Agung Sidoarjo yang di dampingi oleh Contact Person Masjid Agung Sidoarjo  Drs.Ec. H.M.Eddy Supriyono, MM  menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya, yaitu untuk menjalin silaturahmi serta mendapatkan informasi lebih dalam mengenai sejarah berdirinya Masjid An-Nahdla dan tata kelola ketakmiran di masjid tersebut.


Dalam pertemuan tersebut, Bapak H. Drs. Suroto menjelaskan bahwa Masjid An-Nahdla dibangun oleh pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Meskipun demikian, hingga saat ini masjid tersebut belum diresmikan karena proses pembangunan yang masih berlangsung. Ia juga menambahkan bahwa tata kelola masjid dilakukan oleh takmir di bawah binaan Kabag Kesra Kabupaten Bojonegoro, yang bertujuan untuk memastikan pengelolaan masjid berjalan dengan baik.


Setelah sesi ramah tamah yang penuh kehangatan, rombongan dari Masjid Agung Sidoarjo berpamitan dengan penuh rasa syukur. Kunjungan ini diharapkan dapat mempererat hubungan antar masjid dan memperkaya pengalaman dalam pengelolaan masjid di masing-masing daerah.


Dengan semangat silaturahmi yang terjalin, kedua pihak berharap dapat terus berkolaborasi dalam berbagai kegiatan keagamaan di masa mendatang.

Kunjungan ini menjadi momen yang berharga bagi kedua pihak, terutama dalam berbagi pengalaman dan pengetahuan mengenai pengelolaan masjid. H.Tamat, sebagai pemimpin rombongan, mengungkapkan harapannya agar pertukaran informasi ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi dalam menjalankan aktivitas keagamaan di Masjid Agung Sidoarjo.


Selama pertemuan, Bapak H. Drs. Suroto juga mengajak rombongan untuk berpartisipasi dalam program-program sosial yang diadakan oleh Takmir Masjid An-Nahdla. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antar masjid dalam memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sekitar, terutama dalam bidang pendidikan dan kegiatan sosial.


Sebagai penutup, H.Tamat menyampaikan rasa terima kasih atas sambutan hangat dari Takmir Masjid An-Nahdla. Ia berharap kunjungan ini bukan hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga sebagai langkah awal untuk membangun kerjasama yang lebih erat di masa depan.


Kegiatan ini menunjukkan bahwa meskipun berasal dari daerah yang berbeda, semangat persatuan dan kebersamaan dalam menjalankan tugas sebagai pengurus masjid tetap menjadi prioritas utama. Dengan harapan, kunjungan ini akan memperkuat jaringan antar masjid di seluruh Indonesia, serta meningkatkan kualitas pengelolaan masjid dan pelayanan kepada umat.


Kedua belah pihak pun berharap untuk mengadakan kunjungan balasan di waktu yang akan datang, untuk lebih mempererat tali persaudaraan dan memperdalam kerjasama dalam kegiatan keagamaan.