Jumat, 07 Februari 2025

Sya'ban Bulan Sholawat Nabi|| Dr. Nurul Huda, MHI (Wakil Rektor UNUGIRI Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Keagamaan)


Margomulyo - Jumat, 7 Februari 2025, Dr. Nurul Huda, MHI, Wakil Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Bojonegoro (UNUGIRI) Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Keagamaan, menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Wisata Religi An-Nahdlo, Margomulyo. Khutbah tersebut mengangkat tema Sya'ban sebagai Bulan Sholawat Nabi guna untuk meneladani Nabi Muhammad SAW dalam kepedulian terhadap kaum miskin dan menjauhi kesenjangan sosial.


Sholawat sebagai Bentuk Kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW

Dr. Nurul Huda memulai khutbahnya dengan mengutip ayat Al-Qur'an yang menegaskan bahwa sholawat kepada Nabi Muhammad SAW merupakan ibadah yang istimewa. Allah SWT dan para malaikat telah lebih dahulu bersholawat kepada Nabi sebelum memerintahkan umat manusia untuk melakukannya. Hal ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan Nabi Muhammad SAW di sisi Allah.

Bulan Sya'ban memiliki kedudukan istimewa dalam kalender Islam sebagai bulan yang dipenuhi dengan keutamaan, salah satunya adalah anjuran memperbanyak sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Praktik ini tidak hanya memiliki dasar teologis yang kuat dalam ajaran Islam tetapi juga memberikan dampak spiritual bagi umat Muslim. 

Dalam kalender Hijriyah, bulan Sya'ban menempati posisi strategis sebagai bulan persiapan menuju Ramadhan. Rasulullah SAW dikenal memperbanyak ibadah di bulan ini, termasuk berpuasa dan memperbanyak sholawat. Sholawat merupakan amalan yang diperintahkan dalam Al-Qur'an, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ahzab: 56:

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al-Ahzab: 56)


Kepedulian Nabi terhadap Kaum Miskin

Dalam khutbahnya, Dr. Nurul Huda mengingatkan jamaah tentang hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri, di mana Nabi Muhammad SAW berdoa agar hidup dan wafat dalam keadaan miskin, serta dikumpulkan bersama orang-orang miskin di hari kiamat. Doa ini bukan sekadar ucapan, melainkan juga dibuktikan melalui tindakan Nabi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, Nabi tidur di atas tikar yang meninggalkan bekas di punggungnya, dan beliau sering berpuasa ketika tidak ada makanan di rumah.


Dr. Nurul Huda menegaskan bahwa doa Nabi tersebut bukanlah ajakan untuk hidup dalam kemiskinan, melainkan sebagai bentuk empati dan kasih sayang beliau terhadap kaum miskin yang sering dipandang rendah dan ditindas. Nabi mengajak umatnya untuk tidak memandang sebelah mata terhadap mereka yang kurang mampu.


Ajaran Islam tentang Keadilan Sosial

Nabi Muhammad SAW, sebagai panutan umat Islam, menginginkan agar umatnya tidak terpecah-belah hanya karena perbedaan materi duniawi. Beliau mencontohkan kehidupan yang sederhana dan tidak berfoya-foya, meskipun sebagai Rasul dan pemimpin umat, beliau sebenarnya tidak kekurangan secara materi. Allah SWT telah memberikan kecukupan untuk memenuhi kebutuhan duniawi beliau dan keluarganya.


Dr. Nurul Huda menjelaskan bahwa ajaran Islam mengatur berbagai bentuk kepedulian sosial, mulai dari anjuran sedekah dan infak, hingga kewajiban zakat harta dan zakat fitrah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keadilan sosial dalam Islam.


Tanggung Jawab terhadap Keluarga

Selain itu, Dr. Nurul Huda juga mengingatkan jamaah tentang pentingnya memberikan nafkah yang layak kepada keluarga. Menurutnya, meninggalkan ahli waris dalam keadaan mampu lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan lemah dan tidak berdaya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS An-Nisa’ ayat 9, yang memerintahkan umat Islam untuk bertakwa dan memastikan kesejahteraan keturunan mereka.


Penutup: Menjadi Umat yang Dicintai Nabi

Dr. Nurul Huda menutup khutbahnya dengan mengajak jamaah untuk tidak membuat Nabi Muhammad SAW resah dan gelisah. Sebagai umat yang mengaku mencintai Nabi, sudah seharusnya kita meneladani sikap beliau dalam kepedulian terhadap sesama, terutama kaum miskin. Dengan demikian, kita dapat menjadi umat yang dicintai Nabi dan mendapatkan kebaikan di dunia maupun di akhirat.


Khutbah Jumat ini diakhiri dengan doa agar Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan keberkahan kepada seluruh umat Islam, serta menerima amal ibadah yang telah dilakukan.


Setelah menyampaikan khutbahnya, Dr. Nurul Huda meluangkan waktu untuk beramah tamah dengan para takmir masjid. Suasana penuh keakraban terlihat saat beliau berbincang santai, memberikan nasihat, serta mendengarkan berbagai aspirasi dari para pengurus masjid. Sebelum berpamitan pulang, Dr.. Nurul Huda menyempatkan diri untuk berfoto bersama dengan perwakilan takmir sebagai bentuk kebersamaan dan kenang-kenangan atas pertemuan yang penuh makna tersebut. Dengan penuh kehangatan, beliau pun mengucapkan salam perpisahan, meninggalkan kesan mendalam bagi para jamaah yang hadir.

Momen kebersamaan itu menjadi simbol eratnya hubungan antara ulama dan pengurus masjid dalam membina serta menguatkan syiar Islam di tengah masyarakat. Para takmir mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas kehadiran serta tausiyah yang disampaikan Dr. Nurul Huda, yang diharapkan dapat menjadi motivasi dalam menjalankan tugas dakwah dan pengelolaan masjid dengan lebih baik.


Setelah sesi foto bersama, Dr. Nurul Huda pun berpamitan dengan penuh kehangatan, diiringi doa dari para takmir agar beliau senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah dakwahnya. Dengan demikian, pertemuan yang singkat namun penuh makna ini menjadi pengingat akan pentingnya sinergi antara ulama dan masyarakat dalam menjaga nilai-nilai keislaman serta memperkuat ukhuwah Islamiyah.


Di sarikan dari Materi Khutbah Dr. Nurul Huda, MHI. Oleh Badrun.
Materi Khutbah Bisa Di Unduh Di Sini

0 Post a Comment:

Posting Komentar