Minggu, 22 Juni 2025

Khidmat dan Penuh Makna: Khutbah Jum’at Bersama Ustadz Agus Sholahudin Shidiq, M.H.I. di Masjid An-Nahdla Margomulyo

Margomulyo – Jum’at, 20 Juni 2025, Masjid Wisata Religi An-Nahdla Margomulyo kembali menjadi pusat perhatian masyarakat muslim di wilayah Bojonegoro bagian selatan. Dalam suasana yang penuh khidmat, Ustadz Agus Sholahudin Shidiq, M.H.I., Dekan Fakultas Syariah dan Adab Universitas Nahdlatul Ulama (UNUGIRI) Bojonegoro sekaligus Direktur Masjid Al-Birru Bojonegoro, didaulat sebagai khatib Jum’at.

Khutbah beliau pada kesempatan tersebut mengangkat tema yang sangat menyentuh dan relevan bagi kehidupan spiritual umat Islam, yaitu tentang “Enam Rasa Takut yang Sepatutnya Dimiliki oleh Seorang Mukmin”, mengutip hikmah dari Sayyidina Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu yang tertuang didalam kitan An-nashoihl Ibad. Dengan gaya penyampaian yang santun, mendalam, dan sarat makna, beliau menjelaskan bahwa seorang mukmin harus senantiasa merasa takut dalam enam perkara penting:

  1. Takut kepada Allah SWT bila mencabut iman dari dirinya di saat-saat terakhir kehidupan. Kematian dalam keadaan husnul khatimah menjadi harapan, dan rasa takut akan kehilangan iman menjadi pengingat untuk terus menjaga amal.

  2. Takut kepada para malaikat pencatat amal (Kiraman Katibin) yang bisa saja mencatat aib yang akan membuka tabir aib kita di hari kiamat. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ bahwa "aib di dunia lebih ringan daripada aib di akhirat."

  3. Takut kepada setan yang senantiasa mengintai celah untuk membatalkan amal saleh seseorang melalui riya', ujub, atau perbuatan maksiat lainnya.

  4. Takut kepada malaikat maut yang bisa saja datang tiba-tiba saat seseorang sedang dalam keadaan lalai, tanpa persiapan untuk bertemu Rabb-nya.

  5. Takut terhadap dunia yang penuh tipu daya dan keindahan yang menyesatkan, sehingga membuat hati tenang dengannya dan melupakan kehidupan akhirat yang kekal.

  6. Takut kepada keluarga dan anak-anak, apabila perhatian yang berlebihan terhadap mereka justru menjauhkan seseorang dari dzikir dan ibadah kepada Allah.

Dalam penutupan khutbahnya, Gus Sholah, demikian beliau akrab disapa, menekankan pentingnya muroqobah (merasa diawasi Allah) dalam setiap langkah kehidupan, serta mengajak jamaah untuk memperkuat iman dan amal saleh di tengah godaan dunia yang semakin kompleks.

Setelah shalat Jum’at, Ustadz Agus Sholahudin Shidiq meluangkan waktu untuk beramah tamah bersama jajaran Takmir Masjid An-Nahdla. Suasana akrab dan penuh kehangatan tampak dalam momen tersebut. Beberapa jamaah memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdiskusi ringan, meminta doa, dan menyampaikan aspirasi seputar kegiatan dakwah dan keagamaan.

Kegiatan diakhiri dengan foto bersama di pelataran masjid yang megah dan artistik. Dalam foto yang diabadikan, Gus Sholah terlihat berdiri di tengah, diapit oleh dua pengurus Takmir Masjid An-Nahdla. Potret ini bukan hanya menjadi dokumentasi, tetapi juga simbol sinergi antara ulama, akademisi, dan penggerak masjid dalam membangun kehidupan spiritual masyarakat yang lebih kuat dan bermartabat.

Khutbah ini diharapkan menjadi pelecut semangat umat untuk semakin dekat dengan Allah, menata kehidupan yang penuh kesadaran akan akhirat, serta menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan iman dan amal.

==========================

Materi Khutbah (Kutipan Kitab An-nashoihul Ibad)


(و) المقالة الخامسة: (قال عثمان رضي الله عنه: إِنَّ الْمُؤْمِنَ) يبغي أن يكون ماشيًا (فِي سِتَّةِ أَنْوَاعِ مِنَ الْخَوْفِ أَحَدُهَا :) أن يخاف (مِنْ قِبَلِ اللهِ أَنْ يَأْخُذَ مِنْهُ الإِيمَانَ) وقت النزع، روي أن ابن مسعود دعا بهذا الدعاء: اللهم إني أسألك إيماناً لا يرتد، ونعيماً لا ينفد، وقرة عين لا تنقطع، ومرافقة نبيك محمد ﷺ في أعلى جنان الخلد ( وَالثَّانِي :) أن يخاف (مِنْ قَبْلِ الْحَفَظَة) أي الكاتبين الأعمال العباد (أن يَكْتُبُوا عَلَيْهِ مَا يَفْتَضِحُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ) عن النبي ﷺ قال: «فُضُوحُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ مِنْ فُضُوحِ الْآخِرَةِ» رواه الطبراني عن الفضل. قال المناوي : أي العار الحاصل للنفس من كشف العيب في الدنيا بقصد التنصل منه أهون من كتمانه إلى يوم القيامة حتى ينشر ويشتهر في الموقف. اهـ. ولذا لما وقع بعض الصحابة في الزنا وعرف هذا الحديث أقر بذلك له ليحده، ولم يرجع عن الإقرار مع تعريضه له بالرجوع، لعلمه بأن فضيحته في الدنيا بإقامة الحد أهون من فضيحة الآخرة (وَالثَّالِث:) أن يخاف (مِنْ قَبْلِ الشَّيْطَانِ أَنْ يُبْطِلَ عَمَلَهُ الصالح. (وَالرَّابِعُ :) أن يخاف ( مِنْ قِبَلِ مَلَكِ الْمَوْتِ أَنْ يَأْخُذَهُ) أي يقبض روحه حال كونه (في غَفْلَةٍ) عن الله تعالى (بغتة) أي فجأة من غير تقدم سبب الموت. (وَالْخَامِس:) أن يخاف (من قبل الدُّنيا) أي متاعها وزينتها أن يغتر) أي يطمئن (بهَا وَتُشْغَلُهُ عَنِ الآخِرَةِ) وينسى أهوالها. (وَالسَّادس :) أن يخاف (مِنْ قِبَلِ الأَهْلِ وَالْعِيَالِ) وهم من يمونهم أَنْ يَشْتَغِلَ بِهِمْ فَيُشْغِلُونَهُ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ تعالى) وعن طاعته.

==============

 

TERJEMAH

(Pasal Kelima): Utsman radhiyallahu ‘anhu berkata: "Sesungguhnya seorang mukmin sepatutnya berjalan dalam enam macam rasa takut."

Pertama: Ia takut kepada Allah, yakni takut jika Allah mencabut iman darinya saat menjelang ajal. Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud berdoa dengan doa ini:

"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu iman yang tidak kembali (murtad), kenikmatan yang tidak akan lenyap, penyejuk mata yang tidak pernah terputus, dan menyertai Nabi-Mu Muhammad di surga Firdaus yang paling tinggi."

Kedua: Ia takut kepada para malaikat pencatat amal, yaitu para malaikat yang mencatat amal perbuatan hamba, bahwa mereka akan menuliskan sesuatu atasnya yang akan menjadi bahan aib pada hari kiamat. Dari Nabi bersabda: "Aib di dunia lebih ringan dibandingkan aib di akhirat." (HR. ath-Thabrani dari al-Fadhl).

Imam al-Manawi menjelaskan: Maksudnya, aib yang dialami di dunia akibat terbongkarnya suatu aib dengan tujuan agar bertaubat adalah lebih ringan dibandingkan menyembunyikannya hingga hari kiamat, lalu disebarkan dan menjadi perbincangan di hadapan khalayak. Oleh karena itu, ketika sebagian sahabat terjatuh dalam perzinaan dan mengetahui hadis ini, mereka mengakui perbuatannya agar ditegakkan had atasnya. Mereka tidak menarik kembali pengakuan tersebut, meski diberi kesempatan, karena mereka tahu bahwa aib di dunia melalui hukuman had lebih ringan dibandingkan aib di akhirat.

Ketiga: Ia takut kepada setan, bahwa setan akan membatalkan amal salehnya.

Keempat: Ia takut kepada malaikat maut, bahwa ia akan mencabut nyawanya dalam keadaan lalai dari Allah Ta’ala dan secara tiba-tiba, tanpa adanya tanda-tanda kematian sebelumnya.

Kelima: Ia takut kepada dunia, yakni kesenangan dan perhiasannya, bahwa ia akan terpedaya olehnya, menjadi tenang dengan dunia, lalu dunia melalaikannya dari akhirat dan membuatnya lupa akan dahsyatnya akhirat.

Keenam: Ia takut kepada keluarga dan anak-anak yang dinafkahinya, bahwa ia akan terlalu sibuk mengurus mereka sehingga mereka justru melalaikannya dari mengingat Allah Ta’ala dan dari ketaatan kepada-Nya.

 

 

 

0 Post a Comment:

Posting Komentar